Selasa, 12 Agustus 2008

kunjungan seorang sahabat lama

Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas sofa di ruang
tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang padanya kalau
ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap di akhir pekan
ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan
tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut tamu suaminya itu.
Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang
nanti, Jodi.

Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan
mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari
bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah
perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya
yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di
dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan
sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.

Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun
dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka,
tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian
perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Ana tak
bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga
saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan
rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang
saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.

Ana seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu
berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli
tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar
karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus
panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang.
Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual
terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.

Ah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam
kehidupannya!

Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati
kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa
bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang
masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa
tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu
menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana dalam
katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai
pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya
menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya
merasakan sensasi yang sangat kuat.

Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Jodi juga datang kira-
kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan
hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar
untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya
mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar
dalam dadanya.

Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari
himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia
kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka.
Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke
pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.

Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi
sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah
berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum
pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu
dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.

“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia
tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia
baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit,
dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari
ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria
itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera
memakainya lagi.

“Mafkan aku Ana,” kata Jodi, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan
pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia
sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki
ruangan ini membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring dengan kaki
terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya.
Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang
hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam
celana jeansnya.

“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga, “Kamu boleh masuk
sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas
sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya. “Aku sangat malu.”
katanya kemudian.

“Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi. Dia berdiri tepat di
samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa ‘kerasnya’ dia. Dia
tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia
ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!

“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya.
Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi!
Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada
bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih
saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih
dari cukup.

“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah
apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Ana menatapnya penuh dengan
tanda tanya. “Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia
menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-
katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana
semakin basah. Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini ‘tertarik’ akan
perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.

“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada
bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan ‘wajar’,
belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat ‘noda’ basahnya di atas
permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya,
Jodi memutuskan akan melanggar batas tersebut.

Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing
dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia
menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk
mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan
tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah.
Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata,
disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama
suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis
dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat
berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata ‘perbedaan’ itulah yang semakin
membakar nafsunya semakin lapar.

“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Ana mengangguk, memberanikan
diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya
yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan
sebuah kata.

“Sentuhlah!”

Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan
tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya.
Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam
enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa
menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat penisnya dalam
genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana
pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.

Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat
hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Jodi
bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa
inchi saja dari wajah Ana.

Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih
terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar
untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa
desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar
celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.

Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan
mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih
terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium
ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari
pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.

Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana yang
sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak
menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi,
menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi
yang dimilikinya).

Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati
rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi menyentuh
kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya
tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis

dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus
kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam
mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam
rapat.

Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut
Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan
gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang
penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari
Jodi pada kelentit sensitifnya.

Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin
sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan
mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat,
dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam
keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia
melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja. Sesuatu yang dimiliki pria
ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi sangat menikmati
perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya.
Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari
sekedar begini.

Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk
memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut
kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya,
hampir membuatnya tersedak.

Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya
sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans
Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang
mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan
mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang
halus.

Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana
dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan
Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi menelanjangi
tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada
segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.

Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya
pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya
sendiri.

Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat
meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan kepala
penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka
mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.

Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka
matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada
batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana,
membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat
basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk
saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.

Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai, Jodi
menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian
bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan
pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri
sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera

memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jodi mendekatkan kepalanya pada
daging nikmat Ana.

Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana,
mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung
mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum
kembali meneruskan ‘pekerjaan’ mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding
bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.

Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan
pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat
perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut
Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya
dan lidahnya semakin bergerak menggila.

Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…
Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di
wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini
memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!

Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat
kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan
nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin dapat
menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi naik ke
atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana biarkan
terbentang lebar hanya untuknya.

Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi
adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidunya. Sedikit
gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat
meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya,
membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.

Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana.
Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya,
menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia
menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka
menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima
sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan
menakjubkan ini merenggut nalarnya.

Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya
kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya
sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya
dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini
sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan
lambat.

Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi keluar
masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang lalu muncul
kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya
perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jodi bergerak semakin
cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.

Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar
masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok
vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang
telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap
gerakan tubuh mereka.

Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung Jodi saat
kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana menyusuri leher Jodi,
mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama
kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Jodi mengiringi batang
penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling
melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang
tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.

Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan
ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya
mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras
Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.

Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy
sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya
terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan
erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya
berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana
menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas
tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada
tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.

Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok
penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita
pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan
miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.

Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah
orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.

Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina
Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan
yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa
jeda.

Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis
Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana
di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.

Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari
penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur
nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya
menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat
penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana
mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.

Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta
dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Jodi
mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya
mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu
malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus berkata apa.

********

Roy pulang 30 menit kemudian – dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal
(beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat
menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu itu.

Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti
oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama

Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya
mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu
hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa
gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa
menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.

Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat
bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada
vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa
ketagihan!

Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin
malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya
sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.

“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi
terbakar.
”Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya
sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat
berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.

Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin
menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka
lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya,
tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya,
yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di
vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya
kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.

Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan
penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak
mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada
istrinya.

Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada
mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke
kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy
menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya. Mata
Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka mendengar pintu
kamar mandi ditutup.

Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya.
Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di
wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan
sahabat suaminya.

Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya.
Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia
merasa mulut itu membuka.

Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir
itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai
rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian
batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.

Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah
dari hisapan mulutnya segera terdengar.

Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan
penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan

penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya,
menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak
tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam
mulutnya.

Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka
berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di
lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang
mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat
apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan
gairahnya.

Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana
langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi ke’hausannya’ akan penis itu
mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia
langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya…

Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan
dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam
Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya
dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya
menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.

Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya
dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok
suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas,
memastikan Roy tidak turun ke bawah.

Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala
penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari
mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar
memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun
hanya sesaat.

Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang
penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan
Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi
menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka
saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana
membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya,
berusaha melepaskan kancing celananya.

“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu
keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’. Celananya jatuh
hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana
dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung
menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di
hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia
tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke
dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!

Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan,
tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih
tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit
menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat
tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia
akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar
terpenuhi segera.

Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir
vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah

Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi
tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya
masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.

Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan
memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah
seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai
menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum
mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi
mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi
keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.

Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya,
dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari
vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi
segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia
menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang,
mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.

Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung.
Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung
mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi
dan legalah…

Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang
berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan
untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta
dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana
memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu
membendungnya lagi.

Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap.
Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai
kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh
mungilnya.

Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan
menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit
yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur
itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak
pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi
perubahan besar.

Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur
hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan
dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang
masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada
vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah,
baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.

Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping.
Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya.
Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah
bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum
ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama
baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi – istri sahabatnya sedang
menghisap penisnya!

Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana
saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan
penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana

basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap
dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.

Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap
penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya
bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya
blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau
tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.

Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat
terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi.
Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan
bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian
bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana
dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk
melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian
merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas
lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.

Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan
bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat
merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat
Ana mulai menurunkan pinggulnya.

Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi
menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua
lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat
keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.

Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-
benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia
mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir
mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos
masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap
menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.

Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang
dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu
mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke
atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya – Ana tetap tak membiarkan
batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!

Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya,
mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Jodi naik ke
punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka
merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat
Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi
melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih
dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan
putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan
Jodi, menggodanya.

Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat
dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat
lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang
satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih
berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk
dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan
mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.

Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai

rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi
tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat
nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang,
mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.

Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke
atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis
Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke
bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil
memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti.
Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering
terdengar keluar dari mulut Ana.

Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam
tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik
turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas
Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.

Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya
pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang
mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi,
pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang,
otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar
dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat
aliran nafasnya.

Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi
kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh
mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas
tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.

Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan
pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya.
Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi
menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.

Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan
menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai
menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi
mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang
berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas
pantatnya yang menghentak.

Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya
untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.

Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum
akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.

Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman
tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari
ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan
sampai di payudaranya.

Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi
tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas
perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar
gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari
seorang pria lain.

Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut

kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar.
Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.

“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan
nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah
mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.

Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan,
melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.

********
Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap
benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan
perlahan mulai mengocoknya.

Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi.
Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai
celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke
lantai bawah.

Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia
mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan
ternyata…

Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar
hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat
mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa
yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.

Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan
mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai
atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas
lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya
untuk menyentuh payudaranya.

Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya.
Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya,
membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan
Ana melingkari leher Jodi.

Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi
mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan
pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian
depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.

Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi. Ana
membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan
pasif saat Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya
bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.

Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi
berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat
dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.

Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah,
kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira
saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!

Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya
menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping,
memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang
kemerahan.

Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar
dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap
matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak
desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan
kenikmatan yang dirasakannya.

Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian
atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia
menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya,
mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.


Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan
lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.

Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi
melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan
daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.

Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba,
Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.

Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak
tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit
diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya
kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana
dengan cepat.

“Oh Tuhan… “ bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Jodi
bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit
bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya
yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya.
Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya
merapat.

Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat,
akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya
orgasmenya.

Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan
lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana
masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya
lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju
mendekat.

Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah,
berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka
berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas
yang masih terdengar.

Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.

Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya,
mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa
terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya,
Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.

Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya
terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang
padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan
yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.

Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan
Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana
mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana
terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.

Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis
sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.

Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria
ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar
masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan
ciumannya.

Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang
vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya
jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia
mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak
mempunyai banyak waktu lagi.

Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang
terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya,
celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan
kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin
mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.

Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang
dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan
lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami
itu dan menahannya di dalam sana.

Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di
dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.

Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga
akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti,
dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.

Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu
seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka
saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu
dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana
membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi
semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat
dia berdiri.