Senin, 27 Oktober 2008

Kenikmatan gadis muda belia

Pada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.

Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.

Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).

Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.

Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya. “Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.

Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.

Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.

Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.

Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.

Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”

Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”. Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.

Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.

Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.

Mama Tiriku, Guru Seksku

Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki disuia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.

Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku dirumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. Dirumahpun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.

Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda -tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur disatu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian didepanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut didepan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi apal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai dikamar handuk pasti ditanggalkan.

Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong didepan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar dimata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat diusia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran dikasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana didepan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak dibalik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? Batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas kekamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.

Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama -lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam diotakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik dimataku terlihat sangat sexi dan sangat menggairahkan.

Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat Mumpum perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada didepanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna, pelan, pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap putting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terispirasi film blue yang kutonton bersama temen -temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran disamping Mama sambil memeluk erat.

Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba -tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.
“Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?” tanya Mama.
“Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu” jawabku takut-takut.
“Kamu mulai nakal ya” kata Mama sambil tangannya memelukku erat.
“Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk” jelas Mama.
Yang nggak kusangka-sangka tiba-tiba Mama mencium bibirku. Dia mengisap ujung lidahku, lama dan dalam, semakin dalam. Aku bereaksi. Naluri laki-laki muda terpacu. Aku mebalas ciuman Mama tiriku yang cantik.

Semuanya berjalan begitu saja tanpa direncanakan. Lidah Mama kemuidan berpindah menelusuri tubuhku.
“Kamu sudah dewasa ya Ndy, gak apa-apa kan kamu Mama perlakukan seperti papamu” gumam Mama disela telusuran lidahnya.
“Punya kamu juga sudah besar, belom sebesar punya papamu tapi lebih keras dan tegang”, cerocos Mama lagi.
Aku hanya diam menahan geli dan nikmat. Mama lebih banyak aktif menuntun (atau mengajariku). Si otong kemudian dijilatin Mama . Ini membuat aku nggak tahan karena kegelian. Lalu, punyaku dikulum Mama. Oh indah sekali rasanya. Lama aku dikerjain Mama cantik ini seperti ini.

Mama kemudian tidur telentang, mengangkangkan kaki dan menarik tubuhku agar tiduran diatas tubuh indahnya. Mama kemudian memegang punyaku, mengocoknya sebentar dan mengarahkan keselangkangan Mama. Aku hanya diam saja. Terasa punyaku sepertinya masuk ke vagina Mama tapi aku tetep diam aja sampai kemudian Mama menarik pantatku dan menekan. Berasa banget punyaku masuk ke dalam punya Mama. Pergesekan itu membuat merinding. Secara naluri aku kemudian melakukan gerakan maju mundur biar terjadi lagi gesekan. Mama juga mengoyangkan pinggulnya. Mama yang kulihat sangat menikmati bahkan mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya sehingga aku seperti sedang naik kuda diatas pinggul Mama.
Tiba-tiba Mama berteriak kencang sambil memelukku erat-erat, “Andyy, Mama enak Ndy” teriak Mama.
“Ma, Andy juga enak nih mau muncrat” dan aku ngerasain sensasi yang lebih gila dari sekedar menonton Mama kemarin-kemarin.

Aku lemes banget, dan tersandar layu ditubuh mulus Mama tiriku. Aku nggak tau berapa lama, rupanya aku tertidur, Mama juga. Aku tersadar ketika Mama mengecup bibirku dan menggeser tubuhku dari atas tubuhnya. Mama kemudian keluar kamar dengan melilitkan handuk, mungkin mau mandi. Akupun menyusul Mama dalam keadaan telanjang. Kuraba punyaku, lengket sekali, aku pengen mencucinya. Aku melihat Mama lagi mandi, pintu kamar mandi terbuka lebar. Uhh, tubuh Mama tiriku itu memang indah sekali. Nggak terasa punyaku bergerak bangkit lagi. Dengan posisi punyaku menunjuk aku berjalan ke kamar mandi menghampiri Mama.
“Ma, mau lagi dong kayak tadi, enak” kini aku yang meminta.
Mama memnandangku dan tersenyum manis, manis sekali. Kamuipun melanjutkan kejadian seperti dikamar.

Kali ini Mama berjongkok di kloset lalu punyaku yang sedari tadi mengacung aku masukkan ke vagina Mama yang memerah. Kudorong keluar masuk seperti tadi. Mama membantu dengan menarik pantatku dalam -dalam. Nggak berapa lama Mama mengajak berdiri dan dalam posisi berdiri kami saling memeluk dan punyaku menancap erat di vagina Mama. Aku menikmati ini, karena punyaku seperti dijepit. Mama menciumku erat. Baru kusadari kalau badanku ternyata sama tinggi dengan mamaku. Dlama posisi berdiri aku kemudian merasakan kenikmatan ketika cairan kental kembali muncrat dari punyaku sementara Mama mengerang dan mengejang sambil memelukku erat. Kami sama–sama lunglai.

Setelah kejadian hari itu, kami selalu melakukan persetubuhan dengan Mama tiriku. Hampir setiap hari sepluang sekolah, bahkan sebelum berangkat sekolah. Lebih gila lagi kadang kami melakukan walaupun Papa ada dirumah. Sudah tentu dengan curi-curi kesempatan kalo Papa lagi tidur. Kehadiran Papa dirumah seperti siksaan buatku karena aku nggak bisa melampiaskan nafsu terhadap Mama. Aku sangat menikmati. Aku senang kalo Papa keluar kota untuk waktu lama, Mama juga seneng. Mama terus melatih aku dalam beradegan sex. Banyak pelajaran yang dikasi Mama, mulai dari cara menjilat vagina yang bener, cara mengisap buah dada, cara mengenjot yang baik. Pokoknya aku diajarkan bagaimana memperlakukan wanita dengan enak. Aku sadar kalo aku menjadi hebat karena Mama tiriku.

Sekitar setahun lebih aku menjadi pemuas Mama tiriku menggantikan posisi ayah. Aku bahkan jatuh cinta dengan Mama tiriku ini. Nggak sedetikpun aku mau berpisah dengan mamaku, kecuali sekolah. Dikelaspun aku selalu memikirkan Mama dirumah, pengen cepet pulang. Aku jadi nggak pernah bergaul lagi sama temen -temen. Sebagai cowok yang ganteng, banyak temen cewek yang suka mengajak aku jalan tapi aku nggak tertarik. Aku selalu teringat Mama. Justru aku akan tertarik kalo melihat bu guru Ratna yang umurnya setua Mama tiriku atau aku tertarik melihat bu Henny tetanggaku dan temen Mama.

Tapi percintaan dengan Mama hanya bertahan setahun lebih karena kejadian tragis menimpa Mama. Mama meninggal dalam kecelakaan. Ketika itu seorang diri Mama tiriku mengajak aku nemenin tapi aku nggak bisa karena aku ada les. Mama akhirnya pergi sendiri ke mal. Dijalan mobil Mama tabrakan hebat dan Mama meminggal ditempat. Aku merasa sangat berdosa nggak bisa nemenin Mama tiriku tercinta. Aku shock. Aku ditenangkan Papa.
“Papa tau kamu deket sekali dengan Mama Nuna, tapi nggak usah sedih ya Ndy, Papa juga sedih tapi mau bilang apa” kata papaku.
Selama ini papaku tau kalo aku sangat deket dengan Mama. Papa senang karena Papa mengira
aku senang dengan Mama Nuna dan menganggapnya sebagai Mama kandung. Padahal kalau Papa tau apa yang terjadi selama ini. Aku merasa berdosa terhadap Papa yang dibohongi selama ini.

Tapi semua apa yang diberikan Mama Nuna, kasih sayang, cinta dan pelajaran sex sangat membekas dipikiranku. Sampai saat ini, aku terobsesi dengan apa semua yang dimiliki Mama Nuna dulu. Aku mendambakan wanita seumur Mama, secantik Mama, sebaik Mama dan hebat di ranjang seperti Mama tiriku itu. Kusadari sekarang kalo aku sangat senang bercinta dengan wanita STW semuanya berawal dari sana.

Jumat, 24 Oktober 2008

Dia yg ku nodai

ni adalah kejadian lima tahun lalu, saat itu aku baru bekerja disebuah kantor di ibukota sebagai pegawai baru aku datang ke kantor lebih awal. Pada saat ku menunggu lift yang akan mengantarku naik ke lantai atas, ada seorang wanita yang juga akan naik lift, “selamat pagi!” dia menyapaku, aku pun menjawabnya “pagi juga” kemudian dia mengulurkan tangannya “perkenalkan namaku Dia, aku asisten pak andi, kamu are kan? Kujawab dengan anggukan, tangannya begitu halus, warna kulitnya begitu bening, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, wajahnya pun cantik. Itu adalah pertemuan pertamaku dengan Dia.
Dia ternyata idola semua lelaki dikantor tersebut, bahkan posisi yang kupegang saat itu ternyata ditinggalkan karena pegawai sebelumnya bermasalah dengan pak andi karena coba-coba mengajak kencan Dia, menurut gosip selain jadi asisten Dia juga “TTM”nya beliau.
Dia yang supel, kadang membuatku kikuk, kadang untuk memperlihatkan bahwa Dia tidak punya hubungan apapun dengan pak Andi, dia sering mengajakku makan siang, dia pilih aku karena dia merasa aku tidak pamrih dalam hubungan pertemanan, begitupula pak Andi selalu merasa aman kalo aku yang menemani Dia. Sampai suatu saat, Dia memiliki masalah dengan pak Andi karena rumah kostnya digrebeg istri bosku itu, hampir 3 hari dia tidak masuk kantor, pak andi memintaku untuk menemui dia dikostnya untuk mengantar amplop berisi uang, saat itu hari sudah sore menjelang malam. Kuketuk pintu kamarnya, pintu terbuka kulihat mata Dia sembab mungkin karena menangis semalaman. “ada apa kemari?” tanya Dia, “aku diminta mengantar ini” sambil kusodorkan amplop berisi uang. Dia menerima amplop sambil mengajakku masuk kerumah, malam itu Dia curhat banyak kepadaku, saat itu pikiranku terbagi dua antara prihatin karena mendengar ceritanya dan birahi karena Dia menggunakan daster begitu transparan sehingga dada dan putingnya yang merah muda terlihat begitu menggemaskan. Tak terasa saat itu sudah jam 23.30, aku pun pamit pulang saat hendak pulang tiba-tiba kurasakan dua tangan melingkari dadaku, “temani aku” bisik dia padaku, aku tidak bisa menjawab sejak dari awal aku tidak bicara, jantungku berdebar keras, kubalik tubuhku, kukecup bibir mungilnya lalu kulumat mulutnya, kurasakan hangatnya bibir Dia, sesekali tangannya memegang penisku yang masih terbalut celana, kuremas bokong Dia, Dia pun sedikit mengerang kulepas mulutku dari bibirnya, kucium lehernya sambil ku dorong badannya menuju sofa tempat tadi bicara sehingga badan Dia berada dibawah badanku, kupindahkan tanganku ke dada Dia, kuremas dada kirinya sedangkan tanganku mencoba membuka daster begitu pula tangan Dia berusaha membuka kemejaku setelah terbuka tampak jelas dua payudara yang putih seakan menantangku, tiba-tiba dia menggigit dadaku, aku yang tidak mau kalah kusedot putting payudara sebelah kanan sedang yang kiri tetap kuremas-remas, Dia pun melenguh, mengerang tanda menikmati apa yang kulakukan terhadapnya, tangan Dia beralih kecelanaku berusaha untuk memegang penisku yang sudah ingin segera kusarangkan pada vaginanya, setelah penisku keluar lalu dia mendorongku untuk berdiri, aku pun berdiri dengan lembut dia menjilati penisku dengan lidahnya lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya, dihisapnya ujung penis dengan tangan tetap mebarik ulur batang penisku, sesekali aku pun mengerang tanda nikmat, tarik ulur mulut Dia pada penisku membuatku ingin segera meledakkan spermaku pada Dia, kuminta Dia melepaskan mulutnya dari penisku lalu kubalikkan badanya hingga terlihat bokongnya yang indah kucoba memasukkan penisku ke lubang vagina dari belakang, ku tarik ulur penisku, Dia pun mendesah dan mengerang tanda menikmati, “are keluarin sekarang!” pinta Dia, lalu kubalikkan badannya lagi hingga sekarang Dia menghadapku, ku cium bibirnya lagi sambil ku masuk kan penisku pada vaginanya, terasa hangat dan basah ku tarik ulur, badan kami pun bergelonjotan tanda mencapai klimaks, spermaku akan segera keluar krn tidak mau berisiko kutarik pelan penisku dari vaginanya, lalu ku arahkan penisku ke badannya, , srot srot srot, cairan putih pun meluncur dengan cepat kearah badan Dia, jam menunjukkan jam 01.00 Dia mengambil handuk untuk aku dan Dia, malam itu kami pun tidur berpelukan tanpa busana, aku terbangun jam 08.00 pagi kulihat Dia sedang menyiapkan kopi tanpa mengenakan busana, penisku yang layu kembali mengeras kudekati Dia dari belakang lalu kudekap, kumasukkan penisku pada lubang analnya, Dia pun mengerang setengah teriak diperbaiki posisinya dengan membuka kakinya lebar, lalu kutarik ulur penisku, Dia pun kembali berteriak nikmat membuatku semakin bernafsu.
Setelah selesai kami pun minum kopi dan sarapan bersama tanpa busana.
Tiba saatnya kami harus mandi, hari ini aku tidak masuk kantor dengan alasan sakit, kamar mandi ditempat kost Dia tidak terlalu besar tapi punya shower, kami pun saling menggosok badan kami dengan sabun, lagi-lagi penisku ga bisa nahan kupeluk Dia lalu aku pun turun dengan tujuan agar bisa mengemut vaginanya, bulu-bulu disekitar vagina terlihat tipis membuat birahi ku bertambah. Lalu kuremas dadanya sambil masih kujilat vaginanya , Dia yang masih bernafsu juga membiarkan aku menggerayangi badannya dengan lidahku, kujilat tubuhnya dari bagian atas ke bawah, perlahan kumasukkan jari tengahku ke vaginanya, Dia sangat menikmati, perlahan keluar cairan pelumas dari vaginanya, lalu kusedot vaginanya, Dia pun berteriak seperti kesetanan, Dia memintaku untuk segera menyelesaikan apa yang kulakukan, sambil terduduk dibawah kumasukkan penisku pada vaginanya, digoyangkan badan Dia sambil berusaha memijat penisku dengan vaginanya, terasa lembut hangat dan basah, “Didalam aja keluarinnya” pinta Dia, aku pun menuruti permintaan Dia, Srooot, tembakan yang panjang mengenai bagian dalam vagina Dia, Dia kembali seperti menggigil sambil memelukku, ahhhh…yesss, teriak Dia. Selesai sudah drama 3 babak kami selesaikan, 3 bulan setelah itu Dia pindah ke luar negeri ke singapore untuk melanjutkan sekolah katanya dibiayai oleh seorang bos di ibukota.

Agnes

agnes baru sebulan bekerja di rumah majkan barunya. keluarga bambang telah memiliki seorang putra yg masih balita. dari hari pertama, agnes merasakan ada yg tdk beres dg mata pk bambang yg terus memelototin buah dadanya yg cukup besar. ibu bambang nampaknya tdk menjadi penentu dlm memilih suster utk putranya. nampaknya pak bambang cukup dominan di rumah dlm mengambil keputusan. semua urusan rumah diserahkan ke bp. namun ibu bambang adalah pribadi yg lembut. agak gemuk tetapi ramah. berbeda dg suaminya yg agak kasar dan kurang ajar.

rumah tempatnya bekerja cukup besar berlantai dua. bpk dan ibu menempati kamar sendiri. sedangkan agnes dan putranya di kamar sebelah. di lantai bawah semuanya ruang tamu dan ruang makan. dapur terpisah. disamping dapur barulah kamar pembantu. ada umi dan ani. pembantu masih 16 dan 15 thn.

setelah menidurkan putranya, barulah dia beranjak ke kamarnya. utk bergabung dg umi dan ani. dari umi dn ani ketahuan bahwa pak bambang adalah lelaki hidung belang. sering pak bambang meminta salah satu dari mereka utk memijat dirinya saat ibu bambang tdk di rumah. tangan pak bambang tdk pernah berhenti bergerilya saat dipijat. kadang ke paha, sering ke buah dada mereka yg baru mekar itu. tp mereka takut melaporkan ke ibu. takut dipecat.

" aku harus berhati hati dg bapak" kata agnes dalam hati.

suatu malam saat menidurkan si kecil diatas, agnes mendengar suara merintih dari kamar tuannya. " suara ibu bambang mengerang" guman agnes yg dlm keadaan setengah tidur. rupanya si bapak lagi meminta jatah dari istrinya " kata agnes dalam hati. oh...mas ...oh..oh..... maasss. celoteh istrinya menjerit kecil. entah apa yg mereka lakukan, membuat tersirap darah muda agnes. ia mencoba menutupi telinganya dg bantal agar tdk mendengar suara erangan istri pak bambang.
tp suara rintihan ibu bambang makin lama makin keras shg membuat agnes gundah. klampu kamar selalu dimatikan agar si kecil bisa tidur. agnes tdk bisa konsen mendengar rintihan kenikmatan istri pak bambang.


tanpa terasa tangan agnes perlahan bergerak ke dadanya, menyentuh buah dadanya yg cukup besar dan kenyal. malam itu agnes menggunakan daster tanpa bra. diusap usapnya putingnya sendiri yg sdh mengeras. agnes terbuai oleh rintihan istri pak bambang. disentuhnya tubuhnya sendiri. tangannya bergerak terus mnyentuh perut dan kembali ke buah dadanya yg ranum. di usia 17 thn dan masih perawan baru pertama dia mendengar orang merintih begini. membuat nafsu agnes tak tertahankan.

agnes melihat sebersit sinar dari pintu yg nampaknya sedikit terbuka.
" mungkin mereka lupa menutup pintu" guman agnes. agnes yg telah terhanyut oleh nafsu lalu turun dari tempat tidurnya. dipastikan si kecil jangan samapi terbangun. ia berjingkat jingkat mendekati pintu itu. oh...mas..oh oh..oh desis istrinya kenikmatan. agnes bermaksud menutup pintu itu agar ia bisa tidur. tapi nalurinya membujuknya utk melihat apa yg terjadi.


alangkah terkejutnya agnes saat dia membuka sedikit daun pintu itu. dg jelas ia melihat muka pak bambang sedang terbenam diantara kaki istrinya. bp sedang menjilati vagina istrinya dg penuh nafsu. sementara kedua tangan pak bambang sibuk meremas remas buah dada ibu bambang dan memainkan puting puting itu.
istrinya ngangkang dan berdesis desis kenikmatan. sapuan sapuan lidah pak bambang di daerah terlarang itulah yg membuat istrinya merintih.

darah agnes rasanya naik ke ubun ubun. kakinya lemas menonnton adegan sepasang suami istri itu. " pintar juga si bandot ini memuaskan istrinya" kata agnes dlm hati.
tiba tiba rasa malu menyergap dirinya. agnes lalu menutup pintu itu perlahan dan kembali ke tempat tidur dg pikiran kacau.
dia mencoba melupakan apa yg dia lihat. agnes mencoba utk tidur. setelah lama akhirnya agnes pun turun ke kamarnya utk tidur. sebab diatas tdk mungkin bisa tidur sementara ibu bambang merintih terus.

besoknya, di meja makan pak bambang yg akan ke kantor tersenyum manis sama agnes. dia tdk tahu apa maksud senyum itu.
istrinya menemani makan pagi. saat ibu bambang ke lantai atas u mengambil tas suaminnya, pak bmbang memanggilnya." agnes kesini sebentar" kata pak bambang. " ada apa pak? " tanyanya mendekat.
" kamu mengintip ya tadi malam?"
ya ampun berdesir darah agnes mendengar tuduhan pak bambang. sekarang baru dia tahu rupanya dia dijebak u mengintip bandot ini agar terangsang. ngomong apaan bp?" tanyanya berlagak pilon.
rupanya si bandot ini sengaja tdk menutup pintu agar agnes dapat mengintip dia bersetubuh.
agnes benci akan keculasan pak bambang. namun pikiran nakalnya kadang timbul membayangkan betapa enaknya bersetubuh dg pria segagah pak Bambang.


di hari hari selanjutnya, persetubuhan pak bambang dg istrinya terjadi beberapa kali dg pintu tdk ditutup.
ini membuat darah muda agnes sering memberontak ingin ikut menikmati. ingin dibelai, dipeluk, dicium,dicumbu oleh seorang lelaki gagah perkasa.
agnes sering menyentuh bagian bagian tubuhnya yg vital saat mereka bersenggama. suara rintihan ibu bambang saat vaginanya diseruput suaminya benar benar membuat agnes ketagihan. entah berapa kali vaginanya sendiri banjir akibat sentuhan tangannya sendiri. nafsunya sering menggelegak saat pak bambang melakukannya thd istrinya.
pernah gnes menyaksikan bagaimana ibu bambang mengoral burung suaminya. tp yg paling membuatnya sesak adalh saat si bandot itu memompa istrinya dg segala macam cara. burung bandot itu pendek tp sangat besar mengacung. kekuatan pak bambang memompa nyonyanya luar biasa. di usianya yg baru 30 th tentu lagi prima dan perkasa. tak terasa agnespun menginginkan sentuhan pria itu.

pada suatu sabtu siang, saat hujan lebat. agnes berada diatas sdg menidurkan si kecil yg sedang rewel. pembantu2 lagi di kamarn mereka. bu bambang tdk kelihatan batag hidungnya sejak pagi. pak bambang ada di kamar kerjanya yg kebetulan disebelah kamar tidur mereka.

setelah lama menina bobokan si kecil, akhirnyaa agnespun tertidur. dalam tidurnya dia bermimpi, ya bermimpi bergulat dg majikannya. berpagutan mesra layaknya suami istri. dia dibopong dan dibuai entah kemana.


tiba2 selangkangannya terasa basah, agnes terbangun. dia terkejut sekali ternyata dia sdh tdk berpakaian. tdk ada sehelai benagpun menutupi tubuhnya yg putih mulus itu. buah dadanya yg sedang mekar membusung menantang . ukurannya cukup besar . dg pinggang yg ramping tp berisi. buah dadanya terasa makin mencolok. tingginya yg 165 cm. diatas rata rata gadis indo. wajah yg manis dan bibir yg sensual seperti agnes monica membuat dia menjadi primadona di kampungnya. sudah banyak pemuda yg jatuh hati dan mau melamarnya tp dia menolak.

lebih terkejut lagi saat melihat diantara selangkangannya ada kepala yg sedang menyeruput. "pak Bambang" desisnya. " jangan pak, sadar pak" jerit agnes smbil reflek melakukan penolakan. mendorong kepala pak bambang dan mencoba menjauhkan dirinya. rupanya agnes baru sadar dia berada di tempat tidur master tuannya.
bambang diam aja. dia terus menyeruput vagina agnes yg sudah basah kuyup. dan tangannya memeluk kedua pahanya yg mulus agar agnes tdk bisa melepaskan diri dari cengkeramannya.

tolonglah pak" pinta agnes dg muka yg memohon. tak terasa air mata meleleh di pipinya. dia terus menangis sesenggukan. tangan tangan kasar pak bambang seolah telah menguncinya agar tdk bisa bergerak. lututnya terasa lemas. malu bercampur sedih agnes diperlakukan tdk senonoh oleh tuannya sendiri. namun dibalik itu ada perasaan nikmat yg tiada tara saat lidah tuannya menyapu halus vaginanya yg masih perawan itu. belum pernah ada yg menyentuh daerah sensitifnya.
kecuali tangannya sendiri. itupun karena rintihan ibu bambang beberapa malam yg lalu.

sruputtt...srup..srup....sedotan tuannya terdengar. bambang sibuk menjilati clitoris agnes. agnes makin terbawa terbang oleh sedotan tuannya. puting putingnya telah mengeras disentuh secara halus oleh pak bambang.

agnes lupa dg si upik yg tertidur di kamar sebelah. agnes lupa dg umi dan ani, pembantu pembantu disana. tiba2 agnes teringat ibu bambang.

"ibu pak. ibu bambang" kata agnes ketakutan. memang kenapa dg istriku? tanya pak bambang disela sedotan nikmatnya. sampai air liur dan cairan cinta agnes meleleh dan meluber ke seprei.
" nanti ketahuan ibu bambang pak " kata agnes disela denyut kenikmatan yg diberikan tuannya.
ah..nggak apa apa dik agnes" katanya.
ibu ada arisan. akan pulang agak sore" katanya lagi.

tiba tiba pak bambang yg telah bertelanjang bulat mengganti posisi. mulutnya tetap di vaginanya sementara kont*lnya ada di atas muka agnes. tuannya sedang melakukan posisi enam sembilan.
agnes tdk tahu harus berbuat apa. dia benar benar sudah terperangkap api kenikmatan yg dibuat tuannya. secara nalurih dia menyentuh punya tuannya. pendek dan tebal punyanya. tangannya bergetar menyentuh kont*l itu. ini baru pertama dia memegang kont*l seorang lelaki.

jilatin kont*l bapak, agnes" perintah pak bambang
agnes bagai dicocok hidung manut saja. perlahan didekatkannya kont*l yg besar itu ke bibirnya yg sensual. terasa asin. rupanya tuannya sdh basah saat menjilati vagina agnes. ada perasaan jijik, malu, jengah diperlakukan sekasar ini oleh pa bambang. namun denyutan denyutan di ujung clitorisnya membuat agnes lupa daratan. hanya sebentar dia jijik menjilati senjata tuannya. tak berapa lama agnes sudah mengulum kont*l besar itu keluar masuk mulutnya. selama 10 menit mereka saling memuaskan.

vaginanya sdh basah sekali. agnes benar benar menginginkan kont*l pa bambang dibenamkan di lubang keperawanannya. buaya ini benar benar mampu membuat agnes lupa daratan. beberapa kali dia mengangkat dan menggoyang goyangkan pantatnya keatas mengejar lidah tuannya. seolah tak ingin mem*knya berhenti diseruput oleh lelaki bandot ini. tak mau ada sedetikpun berlalu tanpa mem*knya disedot dan digoyang lidah bp bambang.

tiba tiba dia menyetop sedotan dan mengeluarkan kont*l tuannya dari mulutnya. agnes menggelinjang hebat. selangkangannya mengangkat keatas seakan meminta lidah tuannya utk menyedot clitorisnya lebih dalam. agnes berkelojatan beberapa saat lamanya. kemudian terhempas lemas. agnes baru saja mengalami climax yg pertama dalam hidupnya.
ya rabbi, maafin saya. hamba bersalah terhanyut dlm nafsu setan" kata agnes dlm hati. dia kemudian sesenggukan menahan malu dan tangis.
bandot muda ini menghentikan jilatannya setelah agnes orgasme.

dia lalu berbaring disamping tubuh putih mulusa agnes dg kont*lya yg masih mendongak keras karena belum keluar

Rabu, 22 Oktober 2008

Nikmatnya ABG smu

Bulan November 2004 saya mendapat kiriman email dari beberapa cewek yang membaca cerita saya, yang salah satunya dari Amelia. Amelia ternyata sekota dengan saya di pulau Lombok, usianya baru 18 tahun, pelajar Sekolah Menengah Umum yang terkenal di kota saya. Amelia atau panggilannya Lia, gadis berkulit putih, tinggi 187 cm, berat 52 kg dan ukuran payudaranya saya perkirakan 34B, betul-betul anak SMU yang baru berkembang.

Awal perkenalan saya dengan Lia, kami janji bertemu di rental internet favorit saya dekat mall.

"Hallo.. Om yang namanya Andi?" tanya seorang gadis SMU pada saya.
"Iya.. Amelia ya?" tanya saya kembali padanya sambil memperhatikan wajahnya yang manis, rambut hitam lurus sebahu dan masih memakai seragam SMU-nya.
"Lagi ngapain Om?" tanyanya sambil duduk di kursi sebelah saya.
"Liat email yang masuk nich, panggil aja Andi ya" pintaku.
"Ya, panggil juga saya dengan Lia" jawabnya sambil mepet melihat ke arah monitor komputer.
"Okey, Lia bolos sekolah ya, jangan keserinngan bolos loh" nasehatku.
"Enggak kok, wong nggak ada guru, lagi ada rapat tuch"

Wangi juga bau parfumnya, mana rok abu-abunya span lagi, si boy jadi bangkit nich. Wah, kalo bisa making love sama Lia, asyik juga.. Huh dasar lagi mumet nich otak, maunya si boy saja.

"Ndi, Lia boleh tanya nggak?"
"Boleh aja, andi itu orangnya terbuka kok en' fair, mau nanya apa?"
"Kalo tamu ceweknya Andi ngajak jalan-jalan, bayar nggak?"
"Oh itu, ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Lombok ditanggung senang dech"
"Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu"
"Kalo making love gimana?" tanya Lia antusias.
"Kalo making love sich, terserah tamunya, kalo suka sama Andi, ayo aja"
"Biasanya Andi selama ini dibayar berapa sich?"
"Ya, kira-kira lima ratus ribu sampai satu jutaan"
"Itu berapa hari?"
"Terserah tamunya aja mau berapa hari, okey, puas?"
"Mmh.." guman Lia seperti ingin menanyakan sesuatu tapi ragu-ragu.
"Kalo Lia udah pernah dicium belum atau udah pernah making love?" tanyaku.
"Ih, si Om nanyanya gitu"
"Ah, nggak usah malu sama Andi, ceritain aja"
"Belum sich Ndi, cuma kalo nonton BF sering"
"Jangan ditonton aja, praktek dong sama pacar" tantang saya sambil menepuk pundaknya.
"Pacarnya Lia itu agak aneh kok"
"Gimana kalo praktek sama Andi, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil"
"Hush, jangan aneh-aneh Ndi, Lia udah punya pacar lho"
"Nggak aneh kok, kalo praktek pacar-pacaran" rayu saya, sepertinnya ada peluang nich. Saya harus merayunya supaya Lia tidak ragu-ragu lagi.
"Iya sich, tapi.." jawabnya ragu-ragu.

Setelah selesai membalas email yang masuk, saya berencana mengajak Lia ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan, ya nggak pembaca. Ternyata Lia itu tinggal bersama ibunya yang masih berusia 47 tahun dan suaminya tugas keluar pulau selama beberapa bulan.

"Mau nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Lia naik apa?"
"Naik mobil, pake mobil Lia aja" ajaknya bersemangat sambil menggandeng tangan saya seperti Om dan keponakannya.

Ternyata mobilnya memakai kaca rayban gelap dan ber-AC lagi, jadi siang itu kami meluncur ke pantai senggigi dan sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan saya juga membeli kondom, biasa.. he.. he..

Lia menjalankan mobil dengan santai, tapi saya jadi tegang terutama si boy dan bukan mobilnya yang jalan santai yang membuat saya tegang, rok abu-abunya itu lho. Sudah span, pas duduk dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih kencang.

"Eh, Ndi kok bengong, ngelamun jorok ya?"
"Eh.. Eh.. Nggak juga" jawab saya tergagap-gagap.
"Terus kenapa liatin pahanya Lia terus"
"Badanmu itu bagus kok, rajin fitnes ya?"
"Pasti, supaya badan Lia tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?" tanyanya tersenyum.
"Seksi bo! Eh Lia parkir aja yang di pojok tuch" tunjukku pada sebuah pojokan, agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih siapa tahu bisa indehoy.
"Bagus juga tuch tempatnya" jawab Lia setuju sambil memarkirkan mobilnya hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari pemukiman dan lalu lalang orang, paling-paling orang yang berjalan di pantai, itupun agak samar-samar.

Mudah-mudahan pembaca tidak bingung membayangkan ilustrasi tempat yang saya ceritakan. Setelah Lia parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Lia yang belum pernah making love dan ibunya yang sering kesepian ditinggal suaminya pergi.

"Ngomongnya nggak enak ya kalo kita berjauhan begini"
"Maksud Andi.."
"Lia duduk aja dekat Andi"
"Tapi kursi itu kan cuma satu"
"Ayo dong Lia, duduk sini kupangku" rayu saya sambil menarik tangan kanannya.
"Malu ah, dilihat orang" jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai.
"Berarti kalau nggak ada orang nggak malu dong" ujarku sambil menarik tangannya agar mendekat pada saya.
"Ya.. Nggak gitu" jawabnya ragu-ragu.
"Saya udah jinak kok apalagi si boy ini paling jinak" goda saya lagi sambil menunjuk kon**l saya yang sudah agak menggembung.
"Ih jorok ih" jawabnya tertawa pelan.
"Mau nggak?"
"Emm.. Bagaimana ya"
"Mau dech.." dan akhirnya dengan paksaan sedikit dan si Lia yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil menariknya bahkan Lia duduk dengan sedikit ragu.

Saya pangku Lia sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Lia yang saya pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit. Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Lia juga menikmatinya, kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.

"Oh ya, Andi mau nanya hal pribadi, boleh nggak?"
"Boleh aja, Lia itu orangnya terbuka kok" jawabnya sambil menggeser pantatnya supaya tidak terlalu merosot. Wah si boy saya jadi berdiri gara-gara si Lia memperbaiki posisi duduknya hingga pantatnya yang semok semakin mepet sama si boy. Coba pembaca bayangkan seperti posisi saya saat ditemani cewek SMU berumur 18 tahun yang bongsor dan seksi, pasti si boy mau berontak keluar, so pasti coy.

"Lia pernah nggak making love?"
"Mmh.. Gimana ya" jawab Lia ragu-ragu sambil menggigit jari kelingking tangan kirinya.
"Ceritain dong.." bujuk saya sambil mengelus pahanya yang masih terbungkus rok abu-abunya yang mini.

Lumayanlah sebagai permulaan pemanasan, ini kesempatan kalau Lia mau making love sama saya dan kalau tidak mau paling ditolak atau ditampar atau ditinggalkan, tapi dari perasaan saya sih, sepertinya mau.

"Pernah sih sama pacar, tapi itu dulu sebelum putus"
"Kok putus, kenapa emangnya?" tanyaku sambil tangan kiri saya memegang pinggangnya yang langsing.
"Sebetulnya Lia sayang sama dia, kalau cuma making love sich tidak apa-apa"
"Yang penting pake kondom supaya aman"
"Terus apa masalahnya?"
"Ya itu, making lovenya agak aneh, masak Lia diikat dulu"
"Wah, itu sich namanya ada kelainan namanya, harusnya dengan lembut"
"Oh ya, Andi kalau making love sama tamunya secara lembut ya"
"Tentu saja, maka banyak cewek yang senang dengan cara yang romantis dan lembut"
"Asyik dong"
"Mau nyobain nggak?" tantang saya sambil mengelus tangan kirinya yang ternyata sangat halus.
"Wuhh.. Maunya tuch" jawab Lia mencibirkan bibirnya yang seksi.
"Pegang aja boleh nggak ya?" tanya saya mengiba dan tangan kanan saya mulai mengelus-ngelus pahanya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dengan lembut.
"Emh.. Gimana ya.. Dikit aja ya" jawab Lia mengejutkan saya yang tadinya cuma bercanda, eh tidak tahunya dapat durian runtuh.
"Lia, mau bagian mana dulu?" goda saya sambil mengelus punggungnya yang halus.
"Ih genit ah.." candanya manja.

Saya naikkan tangan kanan saya mencoba menjamah payudara kirinya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dan kelihatannya tidak ada penolakan dari Lia. Dengan perlahan lehernya saya cium perlahan dan jamahan tangan saya berubah menjadi remasan supaya membangkitkan gairahnya. Ternyata Lia adalah tipe cewek yang libidonya cepat naik.

"Geli.. Ndi.." rintihnya pelan, tangan kirinya membantu tangan kanan saya untuk lebih aktif meremas payudara kiri dan kanannya secara bergantian. Lehernya yang putih saya cium dan jilat semakin cepat.
"Sst.. pe.. lan.. Ndi.."

Setelah beberapa menit, tiba-tiba Lia menurunkan tangan saya dan tangannya dengan terampil melepas tiga kancing atas bajunya serta mengarahkan tangan saya masuk ke dalam baju seragam SMU-nya dan tangan kirinya mengusap pipi saya. Tangan kananku yang sudah separuh masuk baju seragamnya langsung masuk juga dalam BH-nya yang ternyata berwarna putih polos. Gundukan payudaranya ternyata sudah keras dan tanpa menunggu aba-aba saya remas payudaranya dengan perlahan, kadang-kadang saya pelintir puting susunya.

"Ndi.. Sst.. Mmh.. Yang ki.. ri.. sst.." rintihnya pelan takut kedengaran.
"Lia, boleh nggak saya ci.." belum sempat habis pertanyaan saya, Lia sudah mencium saya dengan lembut yang kemudian saya balas ciumannya.

Semakin lama lidah saya mencari lidah Lia dan kami pun berciuman dengan mesra, bahkan saling menjilat bibir masing-masing. Sambil berciuman, kancing baju atas seragam Lia yang tersisa itu pun langsung saya lepas hingga tampaklah payudaranya dengan jelas. Kembali saya cium payudaranya. Selama beberapa menit berciuman, kuluman dan hisapan pada putingnya membikin Lia bertambah merintih dan mendesis, untung saja pada saat itu masih sepi dan bukan hari libur atau hari minggu.

"Mmh.. gan.. ti.. sst.. kiri.. sstt.." rintih Lia memberi aba-aba sambil tangan meraih kepala saya dan menggeser serta menekan pada payudaranya.
"Ter.. Us.. Sst.. Ndi.."

Tangan kanan saya yang sedang berada di pusarnya turun merayap masuk ke dalam rok abu-abunya dan mengelus vaginanya yang masih terbungkus CD searah jarum jam.

"Sst.. Terus.. Ndi" rintih Lia yang ikut membantu menyingkapkan rok abu-abu SMU-nya ke atas hingga pantatnya yang putih menyentuh paha saya yang masih terbungkus celana jins.Setelah beberapa saat, saya masukkan tangan kanan ke dalam CD putihnya yang ternyata ditumbuhi bulu halus yang terawat rapi dan saya usap beberapa menit.

"Sst.. Ndi.. Ge.. Li.. Mmh.." gumam Lia pelan sambil matanya menatap setengah sayu. Gerakan jari tangan saya keluar masukkan ke dalam vaginanya yang mulai basah.
"Mmh.. Sst.. Enak.. Ndi.. Te.. Rus.. Agak cepe.. tan.. Sst"
"Sst.. Ya.. Nah.. Sst.. Gitu" rintih Lia yang kelihatan mulai terangsang hebat.

Tangan kiri saya yang tadinya hanya mengusap-usap pinggangnya jadi aktif mengusap payudara kirinya dan saya percepat permainan tangan pada vaginanya dan tiba-tiba saja Lia menjepit tangan saya dan disusul keluarnya cairan putih, berarti Lia telah orgasme yang pertama.

"Mmh.. Nikmat juga ya rasanya Ndi" gumam Lia sambil memandangku sayu.
"Mau nggak ngerasain si boy?" bujuk saya melihat Lia yang sedang terangsang berat.
"Mmh.." gumannya pelan, agak ragu Lia menjawab tapi akhirnya Lia pindah ke belakang mobil, wah tambah asyik nich.

Saya juga berpindah ke belakang mobil sambil melepas celana jins serta CD saya hingga bagian bawah saya bugil dan atasnya masih memakai kaos, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada orang lewat.

"Ndi.. Pelan aja" guman Lia pelan sambil melepas CD putihnya hingga Lia sekarang bagian bawah atasnya juga bugil cuma memakai baju seragam SMU-nya tanpa BH.
"Ya, Sayang, kupakai kondom dulu ya supaya aman" jawab saya sambil mengambil posisi duduk menghadap ke depan dan mengarahkan Lia dalam posisi saya pangku serta menghadap saya. Pantatnya yang semok saya pegang dengan kedua tangan dan memberi arahan pada Lia.
"Pegangin si boy, ya tangan kanan" pinta saya pada Lia yang memegang kon**lku dan mengarahkan ke vaginanya yang masih sempit.
"Nanti Lia dorong ke bawah ya, kalau udah pas kon**lnya"
"Aduh.. Sakit.." rintih Lia karena kon**l saya meleset pada bibir vaginanya.

Kembali saya arahkan kon**l pada lubang vaginanya, pada usaha keempat, bless akhirnya masuk kepala dulu.

"Sst.. Pe.. Lan.. Ndi.." Rintih Lia sambil memegang tangan kiri saya dengan tangan kanannya dan mengigit bibir bawahnya dengan pelan.
"Pertamanya sakit kok, tapi agak lama juga enak" rayu saya sambil mendorong pinggulnya ke bawah hingga lama kelamaan, bless..
"Akhh.." jerit Lia lirih karena kon**l saya semuanya masuk dalam vaginanya.
"Gimana rasanya?"
"Sakit sich, tapi.. Geli.." gumam Lia mencium saya dengan lembut. Dengan perlahan saya sodok vaginanya naik turun hingga Lia mendesis lirih.
"Sst.. Agak.. ee.. tengah.. sst.." rintih Lia lirih sambil menggoyangkan pinggulnya hingga sodokan dan goyangan itu menimbulkan bunyi clop.. clop.. clop.., begitu kira-kira.

Semakin lama sodokan saya percepat disertai dengan goyangan Lia yang makin liar hingga tangan saya kewalahan menahan posisi vaginanya agar pas pada kon**l saya yang keluar masuk makin cepat. Bahkan payudaranya bergoyang-goyang ke atas ke bawah, kadang membentur muka saya, sungguh nikmat sekali pembaca sekalian.

"Barengan ya keluarnya ya.. Mmh.." perintah saya pada Lia karena sepertinya lahar putih saya sudah sampai puncaknya, jadi saya berusaha bertahan beberapa menit lagi.
"Mmhm.. Sst.. Ya.. Ndi.."
"Ce.. Petan.. Sst.. Ndi.." rintih Lia sambil memeluk dan menjepit saya dengan keras. Rupanya Lia sudah mencapai puncaknya dengan goyangannya yang makin keras.
"Ssrtss.. Seka.. Rang.. Sst.. Akhkk.." jerit Lia karena keluarnya cairan putih itu yang berbarengan dengan bobolnya pertahanan saya, secara bersaman kami saling memeluk menikmati sensasi yang luar biasa itu.

Beberapa saat kami masih berpelukan disertai tetesan keringat membasahi badan padahal mobil masih menjalankan AC-nya hampir full.

"Gimana rasanya, puas nggak" tanya saya sambil mencium bibirnya yang indah itu.
"Ternyata enak juga making love sama Om Andi"
"Lain sama pacarnya Lia, agak kasar sich" celotehnya sambil melepaskan pelukan saya dan memakai kembali CD dan BH-nya yang berwarna putih itu, setelah Lia kembali memakai seragam sekolahnya dan tentu saya juga, jam telah menunjukkan pukul 11.45 siang.
"Sebagai tanda terima kasih, gimana kalau Om Andi kutraktir"
"Boleh saja, sekarang kita kemana?" tanya saya melihat Lia menjalankan mobilnya menuju kota.
"Pulang dong" jawabnya manja.
"Lho, terus saya ngapain"
"Nanti kukenalin sama mamanya Lia dan adiknya Lia, mau nggak Om?"
"Okey.."

Ternyata Lia tinggal di perumahan mewah, pantas bawanya mobil. Tampak seorang wanita yang anggun dan cantik berusia kurang lebih 47 tahun sedang membaca sebuah majalah. Tapi yang menarik perhatian saya, baju longdress yang dikenakannya dengan belahan atas yang rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang berwarna putih itu, mungkin lebih besar daripada punya Lia, tingginya kira-kira 163 cm/50 kg.

"Selamat siang Bu" sapa saya sopan.
"Selamat siang Pak" jawabnya ramah sambil bersalaman dengan saya.
"Ini Ma, guru privat matematika Lia yang baru, rencananya sich abis makan siang kita belajar"
"Oh ini to, yang namanya Pak Andi yang sering diceritain Lia"
"E.. Eh.. Ya.." jawab saya tergagap-gagap karena begitu lihainya Lia memperkenalkan saya sebagai guru privatnya, pelajaran matematika lagi, aduh.. gawat padahal saya tidak bisa apa-apa.

Setelah berbicara dengan ibunya mengenai les dan biaya tetek bengek lainnya, disepakati bahwa les privat cuma bisa saya lakukan dua minggu, itu pun harinya selang seling. Siang itu saya makan bersama Lia setelah ditinggal ibunya pergi keluar dan baru pulang sore hari. Lia sudah berganti pakaian dengan celana pendek dan kaos ketat khas ABG.

"Gila kamu Lia, nanti kalau ketahuan ibumu gimana?"
"Tenang aja Om, mama itu jarang kok nyampurin urusan Lia"
"Oh, gitu"
"Katanya Om mau ngajarin Lia" goda Lia penuh arti sambil mengerling nakal. Ini baru namanya surga dunia, setelah puas makan kami mengobrol sambil menonton film DVD yang dibawa Lia.

Selama dua minggu itu sebelum Lia akhirnya pindah ke Jakarta, kami sering making love tanpa sepengetahuan mamanya, pokoknya hampir tiap bertemu dengan berbagai posisi, yang sering di mobil, kamar tidur, kamar mandi, bahkan di suatu acara ulang tahun mamanya, saya diundang.

"Gimana Ndi, ramai nggak ulang tahun mama saya?"
"Wah, ramai sekali, pasti papamu pejabat ya?"
"Ah enggak kok, Papa itu pengusaha"
"Oh gitu" jawab saya sambil memperhatikan Lia yang malam itu memakai gaun yang sungguh indah, apalagi belahan atas gaunnya sungguh rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang putih itu, mungkin tidak pake BH, gaunnya yang berwarna hijau cuma sebatas di atas lutut. Bahkan kalau Lia duduk dan saya perhatikan gaun bawahnya, mungkin dengan sengaja Lia membuka gaun bawahnya hingga memperlihatkan CD-nya yang berwarna merah muda itu. Wow, sungguh membuat si boy berontak, tapi saya pura-pura cool saja.

"Ndi, Lia lagi pengin nich, gimana?" tanya Lia tiba-tiba sambil mendekat pada saya.
"Kita cari ruangan yuk" ajak saya yang kebetulan tadi melihat ruangan dekat taman sedang kosong.
"Lho kok ke sini, apa tidak ke kamar?" tanya Lia heran.
"Bosan ah di kamar, cari variasi lain, mau nggak?"
"Ayo, cepetan waktunya mepet nich" gandeng Lia terburu-buru.
"Lia, kamu malam ini can.." belum sempat saya berkata romantis sudah dipotong Lia dengan ciumannya yang melumat bibir saya dengan ganas, kami pun berciuman dengan alot sambil tangan saya masuk ke belahan gaunnya dan meremas payudaranya dengan gemas.
"Mmh.." gumam Lia karena bibirnya sudah menyatu dengan bibir saya sambil tangannya membuka resleting celana panjang saya dan meremas-remas kon**l saya yang sudah berdiri sejak tadi.

Beberapa menit kami saling melakukan ciuman dan remasan hingga akhirnya Lia mendorong saya perlahan.

"Ayo Ndi, buka celanamu" perintah Lia sambil melepas CD saya dan Lia mengambil posisi berjongkok untuk menghisap kon**lku dengan sedotan yang agak keras.
"Pe.. Lan.. Aja.." pinta saya pada Lia karena kerasnya hisapan Lia hingga semua kon**l saya masuk pada mulutnya. Beberapa menit telah berlalu dan saya sungguh tidak tahan dengan posisi tersebut.
"Gantian dong.." pinta saya pada Lia sambil saya berjongkok dan membuka CD merah mudanya serta menghisap vaginanya dan mencari biji kacangnya, menghisap dan menjilat sampai dalam vaginanya hingga semakin banyak cairan yang keluar dan Lia semakin merintih-rintih dalam posisi berdiri.
"Sst.. Isep.. Yang keras.. Ndi.. Sst.."
"Udah Ndi.. Sst.. Ayo.." rintihan dan celotehan Lia meminta saya untuk memasukkan si boy ke dalam vaginanya.

Kami sekarang berdiri tapi Lia menghadap ke tembok, saya singkap gaunnya dari belakang, dengan dibantu Lia saya berusaha menyodokkan kon**l saya dari belakang pantatnya. Akhirnya masuk semua kon**l saya dalam vaginanya, sodokan demi sodokan dengan cepat membuat Lia merintih meminta saya segera mengakhiri permainan itu, beberapa puluh menit kemudian..

"Sst.. Ayo.. Ndi.. Sst.. Keluarin.."
"Lia udah pegel nich sst.." rintih Lia lirih karena kami jarang melakukannya dalam posisi berdiri.
"Sst.. Aduh.. Akhkk.." Dan akhirnya croott.. croot.. Keluarlah lahar putih itu bersamaan dengan jeritan Lia.

Itulah malam terakhir kami sebelum Amelia dan mamanya pindah ke Jakarta mengikuti tugas papanya yang saya dengar dipromosikan jadi general manager di sana. Selamat jalan Lia, sampai ketemu lagi lain waktu.

Pengganti istri

Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan. Ini cerita yang pertama.

Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk "obat awet muda". Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.

Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan "obat stress". Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.

Dan setelah beberapa hari, terbukti Ningsih memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Ningsih terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.

Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang 'menegangkan' saat Ningsih yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Ningsih keras-keras.

"Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!"
Ningsih terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.

Geli melihat tingkah Ningsih, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Ningsih tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Ningsih ke atas, menyingkapkan ujung dasternya."Eh.. Ndoro.. jangan..!" cegah Ningsih lirih.
"Nggak pa-pa, nggak usah takut, Nduk..!"
"Jangan, Ndoro.. malu.. jangan sekarang..!"
Dengan tergesa Ningsih bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.

Malam harinya lewat intercom aku memanggil Ningsih untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.

Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Ningsih duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.
Sementara jemari lentik Ningsih memijati punggung, kutanya, "Nduk, kamu sudah punya pacar belum..?"
"Disini belum Ndoro.." jawab gadis itu.
"Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?"
Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, "Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus."
"Lho, kenapa..?"
"Habis mau enaknya saja dia."
"Mau enaknya saja gimana..?" kejarku.
"Eh.. itu, ya.. maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau."

Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.
"Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?"
Wajah Ningsih memerah, "Ya.. itu.. ngajak kelonan.. tidur telanjang bareng.."
"Kamu mau aja..?"
"Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Ningsih nggak mau..!"
Aku tertawa, "Lha apa nggak belepotan..?"
"Ah, enggak. Yang penting Ningsih juga puas tapi tetep perawan."

Aku semakin terbahak, "Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?"
"Abis lama-lama Ningsih kesel! Ningsih kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Ningsih cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Ningsih masih perawan."
"Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?" godaku.
Wajah Ningsih kembali memerah, "Eh.. katanya sakit ya Ndoro..? Terus bisa hamil..?"

Kini Ningsih berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.
Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Ningsih yang terkangkang, aku menggoda, "Kalau sama Ndoro, Ningsih ngasih yang beneran atau cuma diemut..?"
Pipi Ningsih kini merah padam, "Mmm.. memangnya Ndoro mau sama Ningsih? Ningsih kan cuma pembantu? Cuma pelayan?"
"Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?"
Ningsih hanya tersenyum malu.

"Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!"
"Ehm.., kalau hamil gimana..?"
"Jangan takut Nduk, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Ndoro yang tanggung jawab.."
Meskipun sedikit ragu dan malu, Ningsih menuruti dan menanggalkan dasternya.

Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua payudaranya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Ningsih dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Ningsih yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.

Seumur hidup mungkin baru sekali ini Ningsih merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua payudaranya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.

"Mmmhh.. Oh! Ahh! Oh.. Ndoroo.. eh.. mm.. burungnya.. mau Ningsih emut dulu nggak..?" tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.
"Lepas dulu celana dalam kamu Nduk, baru kamu boleh emut."
Tersipu Ningsih bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Ningsih berlutut di sisiku, meraih kejantananku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.

Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Ningsih mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya 'kempot'. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.
"Ehm.. srrp.. mm.. crup! Ahmm.. mm.. mmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas(jangan keras-keras)..! Srrp..!"
Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Ningsih yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.

Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan. Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Ningsih mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.

Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Ningsih mulus kemerah-merahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.

Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Ningsih membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Ningsih ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Ningsih memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.

Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Ningsih terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Ningsih. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar liang kemaluan Ningsih. Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.

Ningsih terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Ningsih merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa 'megap-megap' dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.

Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu 'peret' dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.

"Ahh.. Ndoro..! Aa.. ah..! Aaa.. ahk..! Oooh..! Ndoroo.. Ningsih pengen.. pih.. pipiis..! Aaa.. aahh..!"
Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme.
"Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!"
Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian..
"Nggak tahan Ndoroo..! Ngh..! Ngh..! Nggh! Aaaii.. iik..! Aaa.. aahk..!" Tanpa dapat ditahan-tahan, Ningsih tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.
Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.

Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Ningsih.
"Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!"
Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang 'senen-kamis'. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.

Aku menarik pinggang Ningsih ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Ningsih, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Ningsih yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.

"Mau terus apa brenti, Nduk..?" godaku.
"Aii.. iih..! He.. eh..! Terus Ndoroo..! Enak..! Enak..! Aahh.. Aii.. iik..!"
Tubuh Ningsih yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
"Ooo.. ohh..! Ndoroo.., Ningsih pengen pipis.. lagii.. iih..!"
"Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!"
"Aa.. aak..! Ampuu.. unnhh..! Ningsih nggak kuat.. Ndoroo..!"
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.

Pekikan manja Ningsih semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Ningsih hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.
"Ahhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndoroo..! Ningsih mau pipiiss..!"

Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Ningsih mulai orgasme.
"Mau pipis Nduk..?" tanyaku pura-pura kesal.
"Oohh.. Ndoroo.. terusin dong..! Cuma 'dikit, nggak pa-pa kok..!" rengek gadis itu manja.
"Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?" aku terus berpura-pura marah.
Tampak bibir kemaluan Ningsih yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.
"Enggak! Enggak kok! Ningsih enggak berani Ndoro..!"

Ningsih memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentarlagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.
"Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?" kuremas kedua buah dada montok Ningsih.
"Engh.. Enggak. Nggak berani." Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.
"Awas kalau berani..!" kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.

"Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!"
Ningsih menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Ningsih kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.
"Ngh..! Ngh..! Ngghh..! Ahk.. Aaa.. aahh..! Ndoroo.. ampuu.. uun..!"
Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.

Begitu cepatnya Ningsih mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Ningsih. Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.

Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Ningsih tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang kemaluannya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.

"Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!" Gemas kucengkeram kedua buah dada Ningsih erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.
Ningsih tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.
"Oooh.. Ndoroo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuu.. unn..!" Ningsih merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.

Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Ningsih merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.

Menyadari kini Ningsih sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Ningsih ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk. Ningsih berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Ningsih yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf 'O' tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.

Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Ningsih, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.
"Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!" aku semakin geram merasakan kemaluan Ningsih yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.
"Ahh..! Ampuu..uun.. ampun.. Ndoro! Aduh.. sakiit.. ampuu.. un..!"

Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Ningsih yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Ningsih melesak dalam empuknya ranjang.

Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan 'peret'-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.
"Aduh! Aduu.. uuhh.. sakit Ndoro! Aaah.. aamm.. aammpuun.. ampuu.. uun Ndoro.. Ningsih.. pipii.. iis! Aaamm.. puun..!"
Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Ningsih yang halus mulus.

Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Ningsih yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Ningsih tergerinjal antara sakit dan nikmat.
"Ahk! Auh..! Aaa.. aauuhh! Oh.. ampuu..uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuun! Amm.. mmh..!Aaa.. aakh..!"

Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Ningsih yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Ningsih memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.

Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Ningsih beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Ningsih perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.
Keheranan aku bertanya, "Ngapain kamu, Nduk..?"
"Katanya.. biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Ndoro.." jawab gadis itu polos.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun.

Tamat

Selasa, 21 Oktober 2008

Kos kos an

Aku bekerja sebagai pembantu disebuah rumah tangga. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri yang sudah berumur. Karena anak2nya sudah menikah dan tidak tinggal bersama mereka, pasangan manula itu menerima kos2an. Yang kos disitu hanya seorang, lelaki, umurnya 40 tahunan lah, Doni namanya. Aku memanggilnya dengan sebutan om Doni, dan dia gak
berkeberatan.

Om Doni suka bawa cewek abg ke kamarnya. Memang kamarnya terpisah dari bangunan utama dimana pasangan manula itu tinggal. Dia keluar masuk tidak lewat pintu utama tapi lewat pintu samping disebelah garasi. Garasinya cukup besar sehingga muat 2 mobil berjajar, mobil si bapak dan om Doni. Cewek yang dibawa sering ganti2, tapi semuanya seksi. Toket dan pantatnya besar. Kalo sudah dikamar, aku suka nguping. Terdengar cekikikan, tapi gak lama kemudian terdengar erangan si cewek, pasti sedang dientot. Napsuku berkobar2 kalo sedang nguping dia nge***t. Tanpa terasa aku sering meremas2 toketku sendiri yang gak kalah gedenya dengan toket abg nya. Saking napsunya, tanganku kemudian merogoh kedalam CD ku mengilik itilku sendiri sehingga tanpa sadar aku terengah2 sendiri didepan kamarnya.

Ketika membersihkan kamarnya, aku membuat posisi kordennya sedemikian rupa sehingga aku bisa ngintip kedalam kamar. Dia tidak mengetahui bahwa aku bisa ngintip kedalam kamarnya, dan dari tempat aku ngintip, aktivitas yang dilakukan di ranjang bisa aku lihat dengan jelas. Suatu malem, aku lihat dia bawa abg lagi ke kamarnya. Setelah mereka masuk kamar, segera aku
ngintip mereka berdua. Dia sedang menelanjangi ceweknya, lalu ditelentangkan di ranjangnya. Toketnya besar, pentilnya juga besar, berdiri tegak. Jembutnya lebat. Gak lama kemudian dia bergabung dengan ceweknya diranjang, bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kon**lnya yang besar dan panjang, sudah ngaceng dengan kerasnya. Dibandingkan dengan kon**l suamiku di kampung, suamiku punya gak ada apa2nya.

Aku memang sudah menikah, seperti kebiasaan orang kampung, anak cewek masih belasan tahun sudah dinikahkan. Suamiku tetep tinggal didesa mengerjakan sawah milik bapakku. Dengan alasan mencari tambahan, aku bekerja sebagai pembantu di kota. Aku pulang kampung gak menentu, tergantung uang yang aku kumpulkan sudah cukup banyak atau belum. Karena tinggal misah makanya aku belum hamil, aku juga belum mau hamil karena aku merasa masih
abg juga.

Melanjutkan intipanku, dia sudah menancapkan kon**l gedenya di nonok ceweknya, si cewek sudah mulai mengerang keenakan karena enjotan kon**l om Doni di nonoknya. Aku tidak dapat menahan napsuku, segera aku kembali kekamar. Seluruh pakaian aku buka dan aku mulai meremas toketku dan mengilik itilku sendiri, makin lama napsuku makin memuncak sampai akhirnya dengan erangan panjang aku nyampe juga. Pengen rasanya aku ngerasain kon**lnya keluar masuk di nonokku. Selanjutnya setiap dia membawa abg ke kamar, aku selalu ngintip aktivitasnya dan berakhir dengan terkaparnya aku diranjangku setelah nyampe akibat ngilik itil sendiri.

Aku mulai pasang aksi untuk memikat dia. Suatu malem minggu, dia tidak kemana2. Aku mengenakan baju terusan dari bahan kaus yang ngepas di badan. Agak mini sehingga pahaku terlihat dengan jelas. Bagian dadanya agak terbuka, aku tidak mengenakan bra sehingga toketku yang montok bergerak2 kalo aku berjalan. Kalo aku membungkuk, toketku seakan mau loncat keluar dari belahan bajuku di dada. Aku make CD yang mini, karena memang semua CDku yang tidak banyak itu mini modelnya, malah ada yang minim sekali.

"Om, kok ngajak ceweknya", tanyaku sambil menyiapkan makan malem. Untuk yang punya rumah, meja makannya terpisah di ruang utama. Mereka sedang dan pergi menginap dirumah salah satu anaknya. "Enggak", jawabnya sambil menyuap makanan yang kuhidangkan. Sengaja aku membungkukkan badanku ketika meletakkan lauknya di meja makan. Dia melirik ke arah toketku yang montok. "Emangnya om gak pengen", pancingku lagi. "Pengen apa", tanyanya. "Kan biasanya sama ceweknya, asik2an", godaku lagi. "Kamu suka nguping ya", katanya sambil tersenyum. "Gak usah nguping juga kedengaran kok om, ceweknya keenakan", jawabku lagi. Dia diam saja dan meneruskan makannya. Aku menambah air minumnya, ketika menambah air posisiku agak membungkuk. Kulihat matanya segera menerobos belahan dadaku dan 'menjilat' toketku. "Kamu montok ya Nes", katanya, kelihatannya usahaku untuk memancing perhatiannya mulai ada follow upnya. "Besar gitu, sering diremes ya Nes", katanya lagi. "Siapa yang ngeremes om, paling Ines remes sendiri", jawabku terus terang. "Kok diremes sendiri", tanyanya. "Abis
gak ada yang ngeremesin sih", kataku sambil tersenyum menggoda. "Aku remesin mau enggak", katanya lagi to the point. "Ntar ceweknya marah", kataku. "Aku gak punya cewek kok", jawabnya. "Yang suka om bawa itu siapa", tanyaku. "Cuma temen, dia pengen aku juga pengen, jadilah", jawabnya. "Temennya banyak ya om, ceweknya ganti2 terus", kataku lagi. "Bosen dong kalo sama yang itu2 terus, kan perlu variasi", jawabnya lagi. "Mau gak aku remes". "Kok om mau ngeremes Ines sih, kan Ines cuma pembantu", kataku. "Biar kamu pembantu tapi kamu gak kalah cantik dan sexi sama abg, lagian kamu masih abg juga kan", jawabnya. Aku tau dia sudah terangsang dengan omongan barusan. Aku diam saja, membereskan peralatan makan dan kubawa ke dapur. Demikian juga dengan makanan yang tidak habis dimakan, aku bawa dan simpan di lemari dapur. Aku mencuci peralatan makan.

Dia berdiri dibelakangku, memelukku dan tangannya langsung meremes toketku. "Nes, toket kamu kenceng ya, besar lagi", katanya sambil terus meremes toketku. Napsuku sudah berkobar, aku berhenti memncuci peralatan makan dan bersandar didadanya menikmati remasan tangannya di toketku. Tangan satunya segera mengelus pahaku, sedikit demi sedikit tangannya naik dan terasa bajuku tertarik sampai atas. Kemudian tangannya ke selangkangan dan jarinya menggesek-gesek bagian sensitif ku dari atas CD. "Nes, sudah basah sekali”, katanya. "Kamu sudah napsu ya". Mendengar itu aku tambah terangsang dan aku semakin merenggangkan kaki. Kemudian aku merasakan jarinya menyelinap ke balik cd dan terus masuk ke nonok ku. "Jembut kamu lebat ya Nes, panter napsu kamu besar", katanya. Gerakan jarinya enak sekali, dia pintar memainkan jarinya, apalagi setelah dia menambah jarinya untuk masuk ke nonok ku. aku sendiri sudah tidak ingat lagi apakah waktu itu aku sempat mengeluarkan suara atau tidak. tangan yang satu tetep meremas-remas toketku. Beberapa saat aku biarkan dia begitu karena aku juga
merasa enak sekali. Kemudian aku membalikkan diri dan berhadap-hadapan dengan dia. Tangannya seperti tergesa-gesa merauk baju di kedua pundak ku dan ditarik ke bawah hingga terbuka dada ku. Kemudian dia menjilat dan mengisap-isap pentil ku. aku benar benar terangsang dan sudah tidak bisa mengatur diri lagi. aku juga mulai gemes dan menggenggam kon**lnya dari atas celananya, terasa sudah menegang dan terasa ukurannya besar sekali. Begitu penasaran hingga aku menarik kepalanya yang sedang berada di dada ku dan aku cium bertubi-tubi. Dia aku dorong sedikit-sedikit ke belakang sampai menubruk kursi di belakang nya. Kemudian aku paksa duduk dia. Resleting celananya aku buka dan segera bersama dengan cdnya aku turunkan. Dia hanya diam melihat apa yang aku lakukan. kon**lnya besar dan panjang dan tidak sabar lagi aku untuk menciumnya, menjilat sekitar ujungnya. Baru sebentar saja sudah terasa cairannya keluar sedikit dari ujungnya. Selanjutnya mulai kuemut. Terasa kon**lnya penuh di mulut. Tapi baru sebentar dia sudah minta segera dilepas karena gak mau keluar di mulutku.

Setelah aku lepas kon**lnya dari mulut, aku segera naik keatasnya yang sedang duduk di kursi itu. aku juga sudah tidak sabar lagi, kapan cd dilepas juga aku tidak ingat lagi. kon**lnya aku genggam dan sedikit-sedikit aku masukkan ke nonokku, terasa kon**l yang besar masuk. Dia sedikit menarik nafas ketika kon**lnya masuk. “Om, enak banget deh kon**lnya…”, kataku. "Kamu dah napsu banget ya Nes", jawabnya. Ketika aku mulai gerak, dia berkali-kali mendesah dan memanggil-manggil namaku. aku juga tidak bisa menahan perasaan yang enak itu dan berkali kali menyebut-nyebut namanya. Akhirnya dia tidak tahan juga berdiam diri, segera dia memeluk aku dan membenamkan mukanya ke dadaku. aku hanya dapat mengelus-elus rambutnya yang ikal itu. Berkali-kali kon**lnya aku jepit dan setiap di jepit, aku juga merasakan enak di dalam nonokku. Tapi dia tidak bisa lama-lama, dia bilang sudah tidak tahan lagi, tapi aku tidak ingin selesai sekarang, aku sedang benar-benar menikmati kon**l besarnya. Dia takut pejunya keluar di dalam aku, tapi aku sudah bilang biar keluar di dalam. Belum sempat aku puas dia akhirnya ngecret juga terasa berkali-kali pejunya keluar dari kon**lnya. aku diam sampai dia tenang. "Nes, nikmat banget deh nonokmu. Lebih nikmat dari semua abg yang pernah aku entot. nonokmu kerasa banget empotannya. Kamu udah pengalaman ngempot ya Nes", katanya terengah. "Enggak kok om, cuma diajari suami di kampung aja", jawabku. "O kamu dah kawin toh, panter napsunya besar banget, dah lama gak ngerasain kon**l masuk nonok kamu ya". katanya sambil tersenyum.

Aku bangkit dari pangkuannya. Terasa pejunya mengalir keluar dari nonokku. Dia segera menarik aku kekamarnya. "Terusin di kamarku ya Nes", katanya. Terasa dia mulai menciumi rambut ku dari belakang dan terasa bibirnya menyentuh kuduk dan berkali kali mengecupnya, aku menjadi terangsang ketika itu dan terus dia menciumi punggung ku. Terus dia memegang kedua lengan ku dan membalikkan badan ku sehingga berhadapan. Dia memandang muka ku dari dekat dan salah satu tangannya memegang dan meremas remas toket aku. Kemudian dia mencium aku dengan nafsunya dan aku pun menerimanya dengan saling menghisap lidah. aku begitu terangsang hingga terasa nonokku semakin basah. kemudian aku duduk di tempat tidurnya dan terus merebahkan diri. kedua kaki aku dia pegang dan perlahan-lahan dia buka hingga selangkangan aku terlihat lebar-lebar, kemudian kaki kutekuk. Sambil menciumi paha ku, sedikit demi sedikit kepalanya terus naik ke atas. Ciumannya begitu membuat aku terangsang dan aku sudah sedikit mendesah, apalagi ketika bibirnya sudah dekat benar dengan selangkangan. Kemudian dia berkata “Nes, sudah basah sekali…keluar banyak sekali. Kamu dah napsu lagi ya”. Mendengar itu aku jadi bertambah terangsang, “Om…jilat…dong…”, desahku. Mukanya segera dibenamkannya di selangkangan ku, dan tidak tahan lagi, kepalanya aku pegang dengan agak kuat dan aku tekan ke mulut nonokku. Terasa dia mulai menjilat dan menciumi sekitar itilku, dan terasa sekali lidahnya bergerak kesana kemari, benar-benar nikmat, beberapa kali itilku dikulumnya. Tapi dia tidak sampai memasukkan lidahnya ke dalam nonokku. Ini nikmat sekali, tidak seperti kon**l, lidahnya terasa seperti benda hidup yg bergerak berak di dalam nonokku, dia begitu pintar memainkan lidahnya.

Dia naik ke tempat tidur. kemudian aku minta merubah posisi agar aku dapat mendekat ke kon**lnya. segera aku pegang kon**lnya sambil mengelus-elus pangkal kon**lnya. Kepala kon**l beberapa kali aku kecup dan di jilat, terutama ujungnya yang ada belahan tempat cairannya keluar itu. Dengan ujung lidah sedikit ditekan, belahan ujung kon**lnya aku jilat, terasa asin...
sedikit-sedikit terlihat cairan yg agak lengket itu keluar dari ujung kon**lnya. Terdengar suaranya menahan karena napsu. Kemudian kepala kon**lnya aku kulum dan aku mainkan dengan lidah berkali kali didalam mulut, ujungnya aku hisap seperti menyedot minuman, kon**lnya berdenyut dan keluar sedikit cairan dari ujungnya. Sementara itu dia terus menjilati nonokku dengan posisi 69. aku tetap terlentang dan dia berada di atas. Tapi terus dia memberi kesempatan ke aku dengan merubah posisi menjadi terbalik, aku berada di atas dia. aku jadi lebih bebas mengemut kon**lnya yg berukuran besar itu, terus aku masukkan kemulut sampai se maksimal mungkin.
air liur sengaja aku keluarkan banyak agar terasa licin dan mudah mengeluarkan dan memasukkan kon**lnya kemulut.

Karena sudah ngecret, dia bisa bertahan lebih lama selama kuemut. Jilatannyaa di seputar itil juga enak sekali terasa, beberapa kali terasa jarinya juga masuk ke nonok, entah berapa jari, tapi yg jelas bukan satu jari. Karena begitu asyiknya, tidak terasa udara kamar semakin panas karena jendela tidak dibuka. aku merasa keringat dari sekitar leher mengalir ke bawah melewati
belahan toketku. Setelah agak lama dalam posisi 69 kemudian dia mulai bergerak merubah posisi. Dia mundur ke bawah dan badannya keluar melewati selangkangan kaki. Terus dia berlutut di tempat tidur dan tetap minta aku untuk nungging, dia mulai mendekati mulut nonok dari arah belakang. pelan-pelan kon**l yg besar itu masuk ke dalam nonokku, terasa agak susah masuknya, padahal aku sudah sangat basah dan licin. Ketika dia mulai bergerak memainkan kon**lnya keluar masuk kedalam nonok, dia berkata “Nes….enak sekali ….kecang banget rasanya nonok kamu ngeremes kon**lku….”, berkali kali aku jepit kon**lnya dan setiap dijepit, tangannya menggenggam pinggul ku lebih kencang lagi, sampai akhirnya dia menyudahi sendiri posisi ini.

Terus dia merubah posisi, duduk berhadap-hadapan dan aku seperti di pangkunya. Terasa kon**lnya lebih masuk kedalam aku dan terasa ujungnya menyentuh bagian yg paling dalam. Dia dan aku dengan irama teratur menggerak-gerakkan pinggul masing masing sehingga terasa benar benar nikmat sekali. aku mendesah2 keenakan dengan keras. Badan ku dan om Doni sudah basah dengan keringat.

Kemudian dia mendorong aku sehingga aku terlentang di tempat tidur yang sudah mulai acak-acakan itu. Posisi sudah berubah menjadi posisi normal dan dia terus semakin cepat gerakkannya, dan aku bilang ke dia untuk nyampe sama-sama. Beberapa saat kemudian dia ngecret, terasa cairan panas seperti menyembur ke dalam nonokku berkali kali, dan aku pun menyusul nyampe, berkali-kali. aku jepit kon**l nya sampai terasa badan begitu lemas dan tidak bergerak, hanya nafas yang terputus putus seperti habis lari pagi saja. Kemudian dia menciumi bibir aku, dan sambil berbisik “terima kasih Nes, nikmat banget. kapan2 kita nge***t lagi ya". Dia rebahan di samping ku dan memandang ke langit langit, kemudian aku merubah posisi miring
kesamping menghadap dia, “Kalo om sama Ines, terus cewek2 om mo dikemanain". "Udah ada kamu, ngapain cari lagi yang lain", jawabnya.

Seminggu ini dia menepati janjinya, gak bawa abg ke kamarnya. Malam minggu berikutnya, om Doni mengulangi lagi memberi aku kenikmatan. Tentunya aku tidak menolak ajakannya. Di kamarnya, dia mendekatkan wajahnya perlahan, napas hangatnya menerpa wajahku. Aku memejamkan matanya dan perlahan bibirnya mendarat lembut di bibirku. Aku tak menolak kecupan tersebut, kembali bibirnya mendarat di permukaan bibirku. Dikecupnya lagi perlahan, dan mulai melumati bibirku. Aku terpejam membalas lumatannya. Kecupan dan lumatan nya bergerak menjauhi bibirku menjalar sepanjang rahangku, bergeser turun menjelajahi leherku. Mengecup dan menjilati dengan lidahnya yang kasap terus keatas menuju wilayah belakang telinga dan mengulum cuping telingaku dengan lembut. Aku memegang erat pergelangan tangannya, ”Om….” desah ku. Kedua tanganku meraih keatas dan merangkul bahu dan lehernya. Ciuman dan lumatan bibirnya makin bergelora. ”Hmhhhh”, desahku perlahan. Dia meraih tubuhku dan merebahkannya di tempat tidurnya. Kembali lidahnya menjalar dari bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus mengecup leher dengan bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga, menjilati dan melumati nya. ”Om….” ,rintihku perlahan. Tangan nya tak tinggal diam mulai menjalar meraba -elus permukaan toketku yang masih di balut pakaian itu. Terus turun ke bawah
menemukan tepian kaos dan menyelusup kedalam. Meraba- mengelus permukaan kulit ku dengan jemarinya. ”Mmmhhhh……oohhhh”, kembali aku mengerang. pakaianku mulai tersingkap dan dengan cekatan pula jarinya melepas kait braku dan melepas pakaianku lewat kepala. Dia mengecup pangkal leherku, terus kebawah, menjilati permukaan kedua toket montokku bergantian. Hingga…”Ahhhh…..om….”,erangku seraya menggeliatkan tubuhku saat kedua bibirnya mencucupi pentilku. Bergantian pentil yang kiri dan kanan sehingga membuatnya mengkilap karena basah. Kulumannya pada pentilku yang telah mengeras itu terasa sangat nikmat. Kedua tanganku mengerumasi rambutnya dan terkadang menyelusup ke balik kaosnya. Sembari mencucupi kedua pentilku tangannya bergerak turun mengelus kedua pahaku yang ditumbuhi bulu halus. Dia bangkit dan melepas kaosnya dan celananya. Kita kini dalam keadaan hampir telanjang hanya ditutupi CD. ”Om…..ahhhh……..”, erangku tatkala mulutnya mencucupi nonokku yang masih terbalut CD tipis itu. Kedua tangannya tak tinggal diam mengelus dan merabai kedua toketku. Jarinya juga turun dan mengelus permukaan paha, menyelinap ke balik karet cdku dan mengurut perlahan. ”Oghhhh.” ,aku tersentak saat jemarinya menyelusup ke dalam nonokku yang telah lembab itu. Mataku membeliak dan menggelinjang dengan napasnya seperti tersedak. Seluruh permukaan bagian dalam nonokku telah basah dan berdenyut-denyut. Gerakan jarinya mengelitik seluruh pemukaan peka didalamnya. Dia kembali menarik jarinya yang telah basah dan mencucupi jarinya sendiri membersihkan cairan yang menempel pada jarinya. Tangannya kembali bergerak meraih karet CDku, menariknya hingga terlepas. Begitu juga CDnya juga telah terlepas. Dia meraih kedua kaki ku, mengecupi betisku dengan lembut, menjilati dengan lidahnya yang kasap, turun terus ke bawah menjilati paha bagian dalam kedua kaki ktu bergantian. ”Om……..”, kembali aku mendesahi saat bibirnya mendarat pada bukit nonokku yang diliputi jembut yang lebat. ”Nikmati aja”, ujarnya. Lidahnya menjilati permukaan nonokku dan mendesak masuk lebih dalam. ”Aahhhhh ...ohhhhhhh” ,erangku lagi. Menemukan itilku disana langsung dijilat dengan hisapan bertubi-tubi. Pinggulku bergerak-gerak gelisah mengimbangi serbuan lidahnya. Kedua tanganku menggerumasi rambut nya dan menekankan kepalanya. ”Om………..uhhhhhhhh”, aku melenguh kembali. Seluruh permukaan bagian dalam nonokku itu telah basah dengan aroma khas yang makin membangkitkan napsunya. Jilatan dan hisapan yang dilakukannya membuat aku menggerinjal hebat, menggeliat-geliat di bawah tekanan kedua tangannya pada pinggulku. Gelombang demi gelombang nikmat makin bergelora menyeret diriku hingga tak tertahankan lagi. ”Om .ooohhhhhh”, jeritku saat aku nyampe. Tubuhku melenting, kedua tanganku mencengkeram bahunya dengan kuat. Beberapa menit situasi itu berlangsung. Dia membiarkan aku menikmatinya.

Dia merangkak naik perlahan, merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Bergoyang ke kanan dan kekiri menyibakkan kedua paha ku yang secara naluriah membuka memberikan ruang pada pinggulnya untuk merapat. Aku membuka mataku, napasku masih memburu dengan keringat pada kening dan toketku. ”Om, nikmat banget deh, padahal belum dientot", kataku lirih. ”Nikmati saja Nes…” ujarnya. Sambil tersenyum aku menarik kepalanya kearahku, kulumat dengan ganas bibirnya. Dia kembali bergerak menggosok kon**lnya menelusuri permukaan nonokku. Maju - mundur. ”Ohhh……om…………ya disana…” ,Kembali aku melenguh karena gerakannya. Kedua tanganku yang tadi memeluk lehernya turun ke bawah dan mencengkeram pinggulnya. Kutekan inggulnya kebawah lebih kuat dan kedua kakiku mengunci di belakang pinggangnya. Dia terus bergerak maju mundur menggesekkan kon**lnya ke nonokku. Naluriah aku bergerak seirama gerakannya. Sesekali kepala kon**lnya menusuk… ”Ohh…..” desis ku karenanya.

Dia mengangkat tubuhnya hingga duduk berselonjor. Menarik pinggulku menumpu paha kedua kakinya. Kedua kakiku menekuk di sisi tubuhnya dalam posisi masih berbaring. nonokku semakin terkuak. Seraya menggenggam pinggulku, dengan tangan kirinya dia mengarahkan kon**lnya tepat pada nonokku. Dengan memegang batang kon**lnya dia mendorong kedepan….. ”Om..", desahku lirih. Dia mendorong kembali, tak terlalu dalam, hanya kepalanya yang menyeruak nonokku. Aku memegang lengannya menahankan dorongan yang terlalu jauh. Dia bergerak Dengan jarinya yang menggenggam kon**lnya untuk membatasi, hanya ujungnya saja yang masuk, dia menggerakkan kon**lnya keluar masuk nonokku. ”Ooooohhhh……..,ohhhh….!!” , desahku keras. Pinggulku ikut menggerinjal mengimbangi gerakan kepala kon**lnya. Dia mengelus lututku dengan perlahan. ”Oooohhh……om…”, aku merintih berulang kali. Aku enggerakkan pinggulku, bergoyang dan berputar- putar. Gerakan itu menyebabkan nonokku yang telah basah itu serasa di aduk – aduk oleh kepala kon**lnya. ”Om...”, panggilku lirih. ”Hmm...”, dia cuma menggumam, "Kenapa?". "Rasanya makin nikmat om", erangku lagi. "om..”, jeritku kecil seraya memutar pinggulku perlahan. Tubuhku bergetar, pahaku mengejang. Perlahan kon**lnya tenggelam mili demi mili di telan nonokku. aku mencoba duduk, memeluk ketat lehernya, menggigit kecil pundaknya dan mendesakkan tubuhku turun, hingga seluruh kon**lnya terbenam utuh. ”Aah", jeritku. Langsung aku merebah ambruk menyeret tubuhnya. kedua kakiku langsung kusilangkan di belakang mengunci pantatnya. Dengan napas tersengal – sengal kami berbaring melekat erat. Dia mengangkat wajahnya menatap wajahku yang berpeluh. Aku mengecup keningnya, "om, tuntaskan dong", pintaku lirih. nonokku terasa mencengkeram erat kon**lnya. Dia bergerak naik hingga kon**lnya terlepas kembali dari cekalan nonokku. ”Mmmhhh…uhf”, dia mendesis. Kedua tangannya bergerak turun menemukan kedua pahaku, ditariknya kedua kakiku keatas melewati lengannya, mengunci kedua lututku dengan lengan dan sikunya. Sehingga pinggulku mengangkat menguakkan nonokku. Om, .lagi…lagi………terusskan sekarang…!”, pintaku parau. ”Bener ini…? ”, tanyanya kurang yakin. ”Sekaraaanng……..om, ssekaraaang, Ines ga…tahann..ayoo..!” ,rengekku lagi seraya menekan pantatnya kearah tubuhku lebih erat. ”Ayo….om", rintihku tatkala dia menempelkan kepala kon**lnya ke permukaan nonokku dan bersiap mendorong. Ujung kon**lnya yang tegak dari tadi mendesak masuk. Aku mencoba membantu mempermudah dengan menggerakkan pinggulku. Dia dengan sabar menunggu, menekan pelan, sangat pelan. ”Ohh……….om…….”, aku kembali mengerang. Dia menghentikan tekanan. Diiringi jeritanku dan tancapan kukuku ke punggungnya, kepala kon**lnya kembali membelah nonokku. Kedua bola mataku membeliak. tubuhku menggigil dan cengkeraman kedua tanganku semakin kuat pada pantatnya. ”Ahhhhhh………………!!!” ,rintihku. Tubuhku mengejang, kepalaku mendongak tatkala dia bergerak mendorong perlahan. Mataku membeliak menikmati mili demi mili masuknya kon**lnya ke nonokku. Dia kembali mendorong pinggulnya dengan perlahan membenamkan seluruh kon**l besarnya ke dalam nonokku. Dia mulai bergerak perlahan naik turun, merasakan jepitan dan denyutan nonokku mengurut dan memijat kon**lnya.
”Om...", erangku semakin keras tak beraturan lagi. Tubuhku yang telah berkeringat di sana sini mengelinjang-gelinjang dengan hebat ditingkahi gerakan naik turun tubuhnya diatasku. Kaki kananku terlepas dari siku Doni dan mengunci ke belakang pinggangnya. Terkadang dia berhenti sejenak, tetapi dengan mengedan mendenyut-denyutkan kon**lnya di dalam nonokku menimbulkan variasi tekanan yang berbeda - beda pada permukaan nonokku. Peluh telah bercucuran membasahi tubuh kami. ”Ohhh,…….ahhhhhh,………….”, jerit ku setiap denyut-denyut kon**lnya dalam tubuhku menyentuh pusat birahiku. ”Lagiii…..teruss……..ahh…..”. Dia terus bergerak naik turun diatas tubuhku, aku merasakan nikmat yang luar biasa setiap kali kon**lnya menghunjam.

Tubuhku mulai menggigil dan dia tahu aku hampir nyampe. Diapun memacu gerakan memompanya, kon**lnya menghunjam keluar nonokku semakin cepat. ”Ya om…………ohhh..Ines ’ga tahan…lagiii…”, jeritku parau ”Ahhhhhhhh……………………….Om………..Ines nyampe om…ohh”, jeritku. Aku melengkungkan punggungku, kedua pahaku mengejang serta menjepit dengan kencang, seluruhan badanku berkelojotan dan nafasku tersengal-sengal. Aku merasa lemas seakan-akan seluruh tulangku copot. Aku kelojotan di bawah dengan kedua tanganku memeluk ketat dan kakiku terkangkang lebar dengan kon**lnya masih terjepit didalam nonokku. nonokku berdenyut – denyut dengan cepat, berkontraksi mengurut kon**lnya. Mataku membeliak, tubuhku melenting dan kucengkeram pantatnya, menekannya dengan kuat kearah tubuhku. Dia bergerak makin cepat walaupun makin sulit, karena kuncian tanganku. Makin cepat menghunjam dan akhirnya tak tertahankan lagi dengan suatu sentakan menekan keras kon**lnya menyentuh dasar nonokku, "Oughhh………..” ,seraya menggeram dia ngecret, beberapa kali menyemburkan peju kentalnya dalam nonokku. Berkali-kali semburan itu terulang hingga daya semburnya melemah dan mereda, lalu tubuhnya ambruk diatas tubuhku. Setelah mereda dia menggeliat menjatuhkan tubuhnya ke sisiku. Berdua kami terdiam sesaat. Aku bergerak mengecup ringan pipinya. ”Makasih om…………, gile beneerrr…..” pujiku. ”Apanya yang terimakasih” ujarnya sambil merapihkan rambut yang jatuh di wajahku. ”Terus terang om, nikmatnya lebih dari ketika kita nge***t minggu yang lalu. Wuihhh….bukan main rasanya”, imbuhku lagi. ”Kapan-kapan lagi ya om?.”pintaku memohon. Dia tak menjawab dan hanya menjatuhkan kecupan pada kedua mataku.